Manusia dan Pekerjaan
Tulisan ini adalah sebuah
review yang dibuat berdasarkan pemaparan Prof Franz Magnis-Suseno SJ, dalam
pertemuan keempat EC STF Driyarkara.
Amat sedikit kajian filsafat mengenai pekerjaan. Ini mungkin
dikarenakan bahwa filsafat dibuat dari sudut pandang priyayi yang pada masa tersebut tidak lah perlu bekerja dan dapat
hidup dari pekerjaan orang lain (buruh). Dengan sendirinya, pada masa itu
pekerjaan dianggap sesuatu yang perlu dihindari. Pekerjaan adalah tanda orang
bawahan “rakyat”.
Bagaimana filsafat memandang pekerjaan? Tulisan ini akan dibagi
menjadi beberapa bagian, pertama akan
dipaparkan mengenai sejarah filsafat pekerjaan. Akan dijabarkan sedikit
filosof-filosof yang meletakkan dasar pemikiran filsafat pekerjaan. Kemudian,
tulisan akan dilanjutkan mengenai uraian pemikiran Karl Marx mengenai
pekerjaan, Marx lah yang kemudian mengembangkan pemikiran mengenai pekerjaan
ini terutama dalam karyanya Das Kapital.
Akan dibahas juga bagaimana Marx kemudian melihat realita pada masa itu, dimana
ia akan menjelaskan mengenai keterasingan (alienasi) manusia dalam pekerjaan. Pada
bagian akhir, akan dijelaskan mengenai sudut pandang Prof Magnis (dengan menggunakan pendapat Habermas)
terhadap pemikiran yang diutarakan Karl Marx
Sejarah filsafat manusia
Bagi Aristoteles pekerjaan termasuk poesis , kegiatan yang dilakukan bukan karena diminati, melainkan karena
perlu untuk menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan atau diminati, jadi sebagai
sarana. Pekerjaan adalah ponos yakni
beban berat yang syukur kalau kita bebas darinya. Seperti yang telah
dikemukakan diatas, pada mas ini, Aristoteles hanya menghitung warga negara
yang sama-sama berpolitik, mereka yang tidak perlu bekerja tangan.
Ini baru berubah di permulaan modernitas, John Locke menemukan bahwa
segala nilai ekonomis diciptakan dalam pekerjaan. Namun filsafat pekerjaan paling
mendasar dikembangkan oleh Hegel. Dan kemudian, dengan diambil dari Hegel,
filsafat pekerjaan dikembangkan oleh Karl Marx.
Hakikat Pekerjaan Menurut
Karl Marx
Dari Hegel, Marx mengambil pengertian pekerjaan sebagai pernyataan
diri manusia melalui objektifasi. Sebaimana Hegel, Marx pun menganggap manusia
baru mencapai kenyataannya yang sepenuhnya apabila ia dapat memahami diri. Dalam
pekerjaannya, manusia “mengadakan diri tidak hanya seperti dalam kesadaran
intelektual, melainkan secara berbuat, secara nyata, sehingga ia memandang
dirinya sendiri dalam dunia yang diciptakannya sendiri”.
Marx bertolak dari kenyataan bahwa manusia harus bekerja supaya ia
bisa hidup. Tetapi mengapa manusia harus bekerja sedangkan binatang tidak? Walaupun
manusia termasuk alam, namun ia juga berlawanan dengan alam. Sehingga-lain dari
binatang- manusia masih harus menyesuaikan alam dengan kebutuhannya. Bahwa manusia
harus bekerja, menunjukkan bahwa ia tidak begitu saja tunduk kepada alam.
Bagi Marx, pekerjaan adalah tanda ke khasan manusia sebagai makhluk
yang bebas dan universal. Bebas karena ia tidak hanya melakukan apa yang
langsung menjadi kecondongannya, karena ia dapat merencanakan tindakannya. Misal,
meskipun manusia lapar, namun ia dapat misalnya menunda makanannya untuk
mengerjakan sesuatu yang lebih penting dulu. Dan kemudian, manusia pun tidak
terikat pada lingkungan alam yang terbatas, iniah yang dimaksud dengan
universal.
Masih mengikuti Hegel, Marx menjelaskan bahwa melalui pekerjaan
seseorang menjadi nyata. Misalnya, orang berbakat menjadi seniman. Ia nyata
sebagai seniman apabila sudah mengerjakan alam menjadi karya seni. Ketika dia
mengambil sepootng kayu yang dcarinya di hutan lalu kemudian mengubah kayu
tersebut menjadi sebuah patung kuda, saat itulah kenyataan bahwa ia seniman
tidak diragukan lagi. Menjadi jelas bahwa ia adalah seniman, dengan pembuktian
melalui hasil kerjanya. Hasi; kerja juga membuktikan kebebasan dan
keuniversalan manusia. Yang dikerjakan ditentukan sendiri (bebas) melalui
pengetahuannya (universal)
Pekerjaan sekaligus merupakan tanda bahwa manusia itu makhluk sosial
atau bermasyarakat. Misalkan seorang pembuat perahu, perahu yang selesai dibuat
tidak hanya menceriminkan kemanusiaannya kepada si pembuat itu sendiri,
melainkan juga untuk rekan-rekan sekampungnya. Berkat perahu itu, si pembuat
tidak hanya memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, melainkan juga kebutuhan orang
lain. Orang lain pun mengakui hasil kerjanya. Melalui pengakuan orang lain kita
merasa dibenarkan, itulah sebabnya kita begitu rindu diakui dan terpukul jika
tidak diakui. Pekerjaan adalah jembatan antar manusia.
Melalui pekerjaan, kita pun dapat mengungkap sejarah. Borobudur adalah
hasil pekerjaan orang Indonesia 1300 tahun lalu. Dengan demikian kita dapat
mengetahui orang macam apa manusia Indonesia 1300 tahun lalu. Pekerjaan merupakan
tindakan manusia selama seluruh sejarahnya. Alam yang mengelilingi manusia
sekarang dibangun beturut-turut oleh umat manusia sejak permulaannya. Sejak saat
itu manusia mulai mengubah dunia sesuai dengan kebutuhannya. Dari generasi ke
generasi umat manusia membangun diir melalui pekerjaannya. Maka melalui
pekerjaan manusia menyejarah. Setiap generasi mewariskan apa yang dikerjakannya
kepada generasi berikutnya. Tentu saja ini mencakup banyak hal, tidak hanya
materil tapi juga non materil. Seluruh benda, paham, tradisi, pendidikan, dan
sebagainya.
Marx tentang Keterasingan
dalam Pekerjaan
Semua uraian indsh di atas masih menyisakan satu pertanyaan. “Apabila
pekerjan itu begitu luhur martabatnya, mengapa begitu banyak orang yang merasa
direndahkan dan ditindas di dalamnya?”
Fenomena keterasingan manusia dalam pekerjaannya teramat kentara. Untuk
banyak buruh pekerjaan sehari-hari sama sekali bukan suatu kegiatan yang
menyenangkan atau menggembangkan martabat mereka. Banyak orang yang membenci
pekerjaannya. Terlihat justru dalam pekerjaan manusia merasa terasing. Lalu bagaimana
fenomena keterasingan ini dijelaskan? Menurut Marx, pekerjaan itu mengasingkan
manusia karena bersifat upahan. Pendapat ini adalah salah satu pendapat
mendasar dalam teori Marx.
Pekerjaan upahan berarti orang tidak bekerja karena ia senang bekerja,
melainkan karena ia dibayar dan karena ia memerlukan bayaran itu. Maka ia tidak
mengerjakan apa yang menjadi bakatnya atau apa yang diinginkannya, melainkan
apa yang disuruh majikannya untuk dikerjakan. Maka, universalitas dan kebebasan
tadi justru menjadi terasing dalam pekerjaan upahan
Tetapi kemudian, mengapa pekerjaan menjadi pekerjaan upahan? Menurut Marx
itu karena kapitalisme. Kapitalisme berarti : modal -alat kerja, mesin, dsb- adalah
milik si kapitalis. Buruh tidak punya modal, ia punya tenaga, maka buruh
menjual tenaga kerja kepada si kapitalis.
Dalam pekerjaan, buruh (buruh
disini dimaksudkan mereka yang tidak memiliki modal dan bekerja pada orang
lain) mengalami keterasingan dari 2 sisi ;
- Terasing
dari diri sendiri. Produk
yang dikerjakan tidak dimiliki sendiri, melainkan milik si kapitalis. Apabila
ada pembagian kerja, maka ia selalu hanya mengerjakan bagian kecil. Maka kepuasan
sebagai pencipta kenyataan baru, tidaklah ia miliki. Ia mengerjakan
sesuatu yang akan “dijual” ke majikannya. Jadi ia mengerjakan sesuatu yang
tidak mengembangkannya, yang hanya membuatnya lelah. Maka ia terasing dari
hakekatnya sendiri, dari hakekatnya sebagai orang universal dan sebagai
orang bebas.
- Terasing
dari manusia lain. Hak
milik pribadi atas alat-alat produksi telah mengkotakkan masyarakat ke
dalam kelas-kelas kepentingan objektif yang berlawanan. Kelas pertama
dengan sendirinya berkepentingan agar buruh bekerja sepanjang dan sekeras
mungkin demi upah yang sesedikit mungkin, karena itulah yang menentukan
untung dan taraf hidup mereka. Sedangkan buruh dengan sendirinya ingin
bekerja sesedikit mungkin dengan upah sebanyak mungkin. Bagaimana pun juga
antara dua kelas ini terdapat suatu pertentangan objektif yang tidak dapat
ditutup dengan kata-kata manis seperti “kita semua satu keluarga” dan
sebagainya. Disisi lain pekerjaan juga mengasingkan
buruh dari buruh. Oleh karena mereka bersaing antara mereka sendiri berebut
tempat kerja. Homo Homini lupus, jika
kita meminjam istilah Hobbes.
Untuk meniadakan keterasingan itu, Marx hanya melihat satu jalan,
yaitu penghapusan sistem kerja upahan. Dan ini berarti penghapusan hak milik
pribadi atas barang-barang produksi. Jelas bahwa para pemilik modal tidak akan
mau. Karena itu menurut Marx hanya ada satu jalan yakni revolusi. Para buruh
harus berevolusi dan mengambil alih kekuasaan. Itulah yang dinamakan revolusi
sosialis. Dalam buku utama Marx, Das
Kapital, Marx berusaha membuktikan bahwa sistem kapitalis sendiri rapuh dan
akhirnya melahirkan revolusi untuk mengakhirinya.
Beberapa Pertimbangan
Selanjutnya Tentang Manusia Dan Pekerjaan
Apakah kemudian pekerjaan upahan dengan sendirinya mengasingkan
manusia dari dirinya sendiri? Dan apa benar bahwa kalau pekerjaan upahan
dihapuskan, tidak ada lagi keterasingan manusia dari dirinya sendiri?
Kerangka teoritis Marx ini kemudian mendapat kritikan dari Jurgen Habermas.
Menurut Habermas, betul bahwa pekerjaan adalah tindakan dasar manusia. Tetapi menurut
Habermas, Marx kurang memperhatikan tindakan dasar manusia yang lebih mendasar,
yaitu komunikasi. Hubungan antar manusia, tidak dapat dimengerti menurut model
pekerjaan. Komunikasi adalah antara dua subjek, dua-duanya bebas, dua-duanya
aktif dan tentu juga pasif. Keterasingan adalah sesuatu yang lebih kompleks. Dalam
keterasingan pun manusia masih tau apa itu kebebasan berkomunikasi. Pembongkarannya juga tidak begitu saja dengan
penghapusan pekerjaan upahan. Sebagaimana pekerjaan upahan tidak dengan
sendirinya merupakan keterasingan.
Jadi, bukan pekerjaan upahan yang membuat terasing, melainkan kalau pekerjaan
memang secara manusiawi merendahkan, menghinakan, teramat berat, tidak
manusiawi. Jadi jika bekerja terpasa, lalu begitu saja bisa disuruh apa saja
oleh mereka yang diatas, itu jelas mengasingkan.
Sekarang, pemanusiaan pekerjaan bukan lewat revolusi, melainkan
melalui perundangan sosial. Dengan semakin merealisasikan hak-hak asasi manusia
sosial, diberi jaminan sosial, tempat kerja dan waktu kerja lebih bagus, serta
imbalan memungkinkan. Begitu pula demokratisasi untuk menyatakan pendapat,
untuk berserikat, dan untuk beraktivitas politik. Jika kondisi seperti ini,
manusia akan merasakan bahwa melalui pekerjaan ia dapat mengembangkan diri. Pekerjaan
akan menjadi seperti yang diharapkan Marx, sarana manusia membuat nyata bakat
dan kemampuannya. Bebas dan universal.
Notes
- Filsafat Yunani yang bagus memiliki
sebuah kelemahan, yakni belum memiliki pembahasan mendalam tentang
martabat manusia
- Karl Marx memiliki beberapa pemikiran
yang amat tajam. Ini terbukti dengan hampir semua pemikiran Marx sudah di
kritik. Dalam ilmu sosial, sebuah pemikiran dapat dikategorikan
menginspirasi jika ia terus menerus dikritik. Karena dalam ilmu sosial
ketika mengemukakan kritik terhadap sebuah pemikiran, maka bagian yang
benar dari pendapat yang dikritik tersebut turut diangkat. Inilah yang
dimaksud dengan dialektika, mencapai kemajuan berfikir dengan pertentangan
pendapat.
- Pada masa itu Karl Marx menganggap pekerjaan adalah kajian yang menarik karena pekerjaan kerap bertentangan dengan realitas. Marx melihat dalam situasi real, para pekerja mengalami keterasingan